Kritik Bagi Guru

Kritik Bagi Guru | Oleh : Dudung Nurullah Kosewara (Ketua PGRI Kota Sukabumi)

Mari kita sejenak untuk merenungkan  sebuah artikel dari bapak Dudung Nurullah Koeswara yang berjudul "KRITIK BAGI GURU"



Guru adalah profesi paling strategis di semua bangsa. Walaupun seorang guru tidak hebat tapi semua orang hebat pernah berguru kepada guru. Apalagi bila para guru profesional dan hebat-hebat maka sejumlah orang “super” dapat terlahir dari tangan guru. Guru adalah penentu wajah masa depan sebuah bangsa.
Sahabat pembaca tulisan ini adalah tulisan khusus kritik pada pribadi penulis sebagai seorang guru dan mungkin bisa bermanfaat bagi guru yang lainnya. Saat saya bertemu dengan para pengurus PGRI Kabupaten Garut terjadi diskusi ringan berkaitan dengan dunia pendidikan. Dunia pendidikan mundur majunya tergantung dengan kualitas guru. Kesimpulan ini dapat diterima walau dalam SNP guru adalah bagian dari delapan standar.
Guru saat ini sudah bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan bagi anak didik. Era student center, era IT, era dunia maya dan era gadget mengubah wajah pendidikan kita. Para guru yang tak akrab dengan IT dan dunia maya maka akan ketinggalan zaman. Zaman now adalah zaman percepatan dan serba “google”. Anak didik hari ini sudah bertransformasi dari anak didik guru menjadi anak didik “pihak lain”.
Ada beberapa hal yang akan membuat para guru semakin terpuruk dan kurang memberikan makna pada anak didik. Hal yang dimaksud berkaitan kelemahan sebagian guru yakni : 1) guru selalu hadir terlambat di ruang kelas, 2) guru tak mengenali nama-nama anak didiknya, 3) guru tak mengenali potensi anak didiknya, 4) guru tak mengenali orangtua anak didiknya, 5) guru lebih banyak menegur karena kesalahan anak didik dibanding afirmatif terhadap kekuarangan anak didiknya.
6) guru merasa terbebani saat masuk ruang kelas, 7) guru tidak menikmati ruang kelas sebagai pekerjaan mulia, 7) guru tidak dikagumi anak didiknya, 8) guru tidak dirindukan oleh anak didiknya dan 9) guru hanya menggugurkan tugas formal dan anak asal masuk kelas. Beberapa kelemahan guru menjadi bagian tak terpisahkan dari mundur majunya dunia pendidikan kita.
Zaman dahulu ada calon guru yang dididik sejak keluar SMP. Ia berada pada usia perubahan dan perkembangan. Saat ABG sudah dipola menjadi guru. Lulus SMP langsung masuk SPG. Warna gurunya sangat kental. Ia menjadi sosok yang kadar gurunya kuat karena sudah dididik menjadi calon guru sejak ABG dan memang bercita cita menjadi guru.
Bayangkan bila lulusan SMA yang awalnya tidak berniat menjadi guru bahkan ketika lulus SMA pernah menganggur beberapa tahun. Saat sudah dewasa dan sudah punya karakter baru kemudian kuliah menjadi calon guru. Saat menjadi guru “rasa” gurunya menjadi tidak maksimal. Ia menjadi guru karena tuntutan pekerjaan.
Akan sangat beda menjadi guru karena tuntutan pekerjaan, kabawa palid, bukan pilihan tapi “terdesak” keadaan dengan menjadi guru karena impian sejak kecil dan menganggap menjadi guru adalah kehormatan terbaik. Saat menjadi guru sosok guru kabawa palid dengan sosok guru panggilan hati akan sangat berbeda. Guru kabawa palid kalau berangkat ke sekolah pasti akan terlambat, minus prestasi dan tak menjiwai keguruannya. Bahkan akan sangat asing dengan organisasi profesi guru dan sebaliknya akrab dengan komunitas lain yang tak ada hubungannya dengan profesi guru.
Guru sejati yang datang dari hati dan sejak kecil ingin menjadi guru maka melihat anak didik, bangunan sekolah, organisasi profesi dan segala yang berkaitan dengan pendidikan akan menjadi perhatian seriusnya. Ia akan menjadi guru berprestasi. Pengurus organiasi profesi guru berdedikasi. Penulis buku dan berbudaya literasi. Mudah baginya untuk merintis karir di pendidikan.
Guru sejati akan bahagia, sejahtera, berkhidmat pada pendidikian dan menjadi guru bagi publik karena produktifitas dan intelektualitasnya tentang pendidikan tak diragukan. Guru sejati bukan karyawan atau pekerja pendidikan melainkan abdi negara yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk bangsa dan negaranya. Ciri guru sejati, sampai menua Ia tetap konsisten mendidik dengan penuh keteladanan dan keikhlasan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kritik Bagi Guru"

Post a Comment